Ondel-Ondel (Riwayatmu Kini)




Keterbukaan dan pesatnya arus globalisasi membuat kota megapolitan sebagai berandanya negeri ini tak kuasa menahan derasnya budaya asing yang masuk silih berganti. Disadari atau tidak, hal ini berdampak pada kearifan lokal yang lambat laun mulai terpinggirkan. Hal ini bisa dirasakan dengan perubahan prilaku pada generasi saat ini, yang mulai ‘demam’ dengan budaya asing dan mempraktekannya dalam pergaulannya. Hal lain juga dapat dilihat dengan mudahnya mengakses kuliner-kuliner asing di lokasi strategis dan seringnya seni budaya asing tampil di gedung-gedung pertunjukan/tempat-tempat strategis lainnya. Ini berbanding terbalik dengan budaya lokalnya, yang hanya diberi ruang 1 tahun sekali.

Budaya Betawi ‘[di]sembunyi[kan]?’ di panggungnya sendiri.

Salah satunya, ondel-ondel pun mencari dunianya sendiri agar bisa tetap eksis ditengah-tengah hegemoni budaya asing.
Pinggiran kota dan perkampungan menjadi tempat yang ideal untuk ber ekspresi sekaligus mencari rezeki.  
Melestarikan budaya harus dilakukan secara berkesinambungan agar tak hilang tertelan zaman.
Budaya mempunyai nilai-nilai luhur, yang selalu mengajarkan kebaikan bagi alam semesta
Apalah artinya kota megapolitan tapi generasinya kehilangan jati dirinya.
Runtuhnya peradaban ditandai dengan hilangnya budaya.

Paling tidak, keseimbangan antara modernisasi dan budaya lokalnya harus tetap terus dijaga dan seniman mempunyai peranan penting dalam hal ini.

Salam Budaya
Afriani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metamorfosa

20 April 2013 : Pameran Tunggal ke-2 "Prahara Sunyi" - Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta - Kurator : Rizki A. Zaelani