Postingan

Menampilkan postingan dengan label 1st Solo Exhibition

Souvenirs of War & Gus Mus (Kolaborasi)

Gambar
Di Basrah Inilah basrah... tanah batu putih.. tak pernah berhenti memerah.. tak pernah lelah dijarah sejarah.. Inilah basrah... pejuang badar bernama utbah membangun kota ini atas perintah umar al faruq sang khalifah Entah mantra apa yg dibaca ketika meletakkan batu pertama Sehingga kemudian setiap jengkal tanahnya.. Tak henti-hentinya merekam nuansa seribu satu cerita Basrah yg marah.. basrah yg merah.. basrah yg ramah.. basrah yg pasrah.. Kota yg terus membatasi penduduknya dengan menambah jumlah syuhada.. Inilah basrah.. disini ali dan aisyah.. menantu dan istri nabi mengumpulkan dendam amarah.. ghirah terhadap keyakinan kebenaran .. setelah mengantarkan az zubair dan al haq, hawari-hawari nabi ke taman kedamaian abadi yg dijanjikan Inilah basrah.. Di sini abu musa dan abul hasan mematrikan nama al as’ari pada lempeng sejarah Inilah basrah.. di sini berbaur seribu satu aliran Di sini sunnah, syiah dan mu’tazilah, masing-masing bisa menjadi bid’a...

Pameran Tunggal Pertama Afriani "Vox Populi" di Grand Sahid Jaya Jakarta - 2010 (Artworks)

Gambar
 

Kuratorial "Vox Populi" (Katalog)

Agus Dermawan T. Afriani dan “Vox Populi” Pameran tunggal Afriani, pelukis otodidak kelahiran Selayo, Sumatera Barat 1974, diberi juluk “Vox Populi”. Kata ungkapan bahasa Latin itu artinya “suara rakyat jelata”, atau suara orang kebanyakan. Kata itu dipetik dari ungkapan yang populer ratusan tahun lalu di belahan dunia Barat, “vox populi vox Dei”, suara rakyat adalah suara Tuhan. Judul ini tentu mengacu kepada karya-karya Afriani yang senantiasa menggambarkan kehidupan rakyat kecil. Dunia rakyat memang tampil begitu eksplisit, sehingga lukisannya hadir selayak foto-foto jurnalistik. Namun oleh karena Afriani mengolahnya lewat proses seleksi obyek dan perenungan atas adegan dan peristiwa, yang nampak di mata kita adalah sublimasi dari gambaran-gambaran jurnalistik. Dengan begitu lukisan-lukisannya tidak sekadar menyuguhkan kejadian, tapi juga menawarkan sejumlah pesan. Dari jajaran kanvas Afriani kita menangkap adanya 2 sifat presentasi. Yang pertama lukisan yang menggam...

Catatan dari Seorang Pencinta Seni (Katalog)

    Kegelisahan seorang Ibu  “Ketika pelukis Afriani beserta keluarga pindah ke Jakarta dari Batam, dia tentu berharap dapat menikmati kehidupan yang lebih baik. Bukankah Jakarta merupakan ibu kota negara, kota yang penuh dengan gedung bertingkat dan kota yang menjanjikan kesempatan bagi orang-orang kreatif. Afriani kemudian berdiam bersama warga lain di pemukiman kumuh. Dia menyaksikan anak-anak yang harus bermain di rel kereta api, pedagang pinggir jalan yang berkali-kali terkena razia dan anak-anak yang harus mengerjakan pekerjaan sekolah di kamar sumpek. Air bersih sukar didapat. Ke toilet harus bergantian.Jakarta ternyata bukanlah kota yang ramah untuk keluarga Afriani. Untuk hidup di Jakarta perlu biaya dan biaya hidup yang layak ternyata tidak sedikit. Kehidupan mereka yang berjuang hidup di perumahan kumuh dan pedagang yang setiap hari berjualan di pinggir jalan dalam suasana tak tenang terekam dalam lukisan Afriani.Ketika setiap hari dia melihat ba...

Pembukaan Pameran Tunggal Afriani "Vox Populi" di Grand Sahid Jaya - JKT (2010)

Gambar
Dibuka oleh : Bapak Agum Gumelar Sponsor : Bapak Kreshna Soejalmo Salam Afriani